;

Sabtu, 25 Juni 2011

Pertambangan

Sabtu, 25 Juni 2011



Berpikir realistis yuks!
Alam ini bukan milikmu, tetapi milik anakmu, cucumu, cicitmu..,
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi IPTEK selalu memaksa kita untuk mengikutinya. Dari yang belum mengenal teknologi seperti internet dipaksa untuk mengenal teknologi internet. Semua ini adalah siklus kemajuan dari zaman. Ekonomi, pendidikan, transportasi maupun sosial semua memaksa untuk berkembang. Kali ini kita akan membahas bidang ekonomi. Masih hangat terdengar untuk meningkatkan ekonomi daerahnya maka daerah-daerah bersaing untuk mengeksplorasi sumber daya yang bernilai tinggi seperti lahan tambang di daerahnya. Memang pada faktanya tambang akan meningkatkan pendapatan daerah dan meningkatkan perekonomian. Kita mengenal tambang batu bara, minyak mentah, emas, perak, dan sebagainya itu berasal dari lapisan bumi yang dalam bagai kotak harta karun yang bernilai tinggi. Namun tidakkah kita berpikir bahwa setiap tindakan memiliki efek sampingnya?

Untuk pertama mari kita bahas apa saja keuntungan dari komoditi tambang.
Minyak bumi
Nilai ekspor minyak bumi Indonesia memang terus menguat. Namun, kenaikan ini ternyata belum diimbangi naiknya volume ekspor.
Lihat saja perkembangan volume ekspor minyak mentah nasional dalam satu dekade terakhir. Pada tahun 2000, Indonesia mampu mengekspor minyak hingga 225 juta barrel. Namun, pada tahun 2009 volumenya hanya mencapai 117 juta barrel atau tergerus 48 persen.
Dalam kurun waktu tersebut, negara yang menjadi tujuan utama ekspornya adalah Australia, Jepang, dan China, dengan persentase masing-masing sebesar 20 persen, 17,8 persen, dan 16,4 persen dari total ekspor minyak nasional.
Turunnya volume ekspor minyak bumi ini berkaitan dengan melemahnya produksi minyak dalam negeri. Volume produksi minyak menurun dari 517 juta barrel (2000) menjadi 337 juta barrel (2009). Bersamaan dengan melemahnya volume produksi, cadangan minyak bumi di Indonesia pun terus menipis.
Tabel 1 menunjukkan perbandingan cadangan minyak mentah negara di kawasan Asia Pasifik. Pada akhir 2008, China tercatat mempunyai cadangan minyak terbesar di area ini, yaitu mencapai 15,4 miliar barrel atau 1,2 persen dari cadangan minyak dunia. Sementara itu, cadangan minyak Indonesia diperkirakan mencapai 3,7 miliar barrel atau 0,3 persen dari total cadangan dunia. Stok cadangan Indonesia ini terus turun dari 10 tahun silam, yang mencapai 5,1 miliar barrel.

Sementara itu, rasio cadangan minyak terhadap tingkat produksi tahunan (rasio C/P) menunjukkan bahwa Vietnam memiliki umur ekonomis minyak yang lebih panjang di antara negara lain, yaitu mencapai 40 tahun.
Indonesia sendiri dengan cadangan yang ada, ditambah asumsi tingkat produksi minyak konstan di level 357 juta barrel per tahun (produksi aktual tahun 2008) dan tanpa penemuan cadangan minyak baru, stok cadangan ini diperkirakan akan terkuras dalam tempo 10 tahun.
Tentunya investasi dan aktivitas eksplorasi untuk mendapatkan lapangan minyak prospektif mutlak dilakukan. Kondisi tersebut mengingat masih tingginya ketergantungan banyak negara pada komoditas minyak sebagai sumber energi utama.
Gas alam dan batu bara
Seiring turunnya volume produksi dan ekspor minyak mentah serta terdongkraknya harga energi di pasar global, pamor gas alam dan batu bara mulai terangkat. Nilai ekspor kedua komoditas ini bahkan melampaui ekspor minyak bumi sejak tahun 2005. Volume produksi gas alam cenderung stabil, yaitu dari 2,8 miliar MSCF (2000) menjadi 3,0 miliar MSCF (2009) atau naik 4,5 persen.
Naiknya produksi gas alam diikuti kenaikan volume pemanfaatannya sebesar 4 persen. Cadangan gas alam kita pun relatif besar, yaitu mencapai 3,2 triliun meter kubik (2008) atau 1,7 persen dari cadangan gas alam di dunia. Rasio C/P gas alam bahkan menunjukkan cadangan ini mampu bertahan hingga 45 tahun.
Di sisi lain, volume batu bara yang kita produksi pun makin meroket, yaitu dari 112 juta ton (2003) menjadi 208 juta ton (2009) atau naik hingga 84 persen. Volume ekspornya pun tumbuh lebih kencang hingga 92 persen.
Permintaan ekspor kedua komoditas ini umumnya datang dari negara-negara Asia. Pada tahun 2009, Jepang dan Korea tercatat menjadi pengimpor utama gas alam Indonesia, dengan porsi masing-masing mencapai 53 persen dan 16 persen dari total ekspor gas alam nasional.
Pada periode yang sama, Jepang, China, India, dan Korea mendominasi pembelian batu bara Indonesia dengan nilai lebih dari 8 miliar dollar AS. Dari keempat negara tersebut, pertumbuhan permintaan batu bara dari China tergolong pesat. Ekspansi ekonomi yang kencang memang membuat China haus akan sumber daya energi.
Pada tahun 2007, misalnya, China mengimpor batu bara Indonesia dengan nilai 452 juta dollar AS atau tumbuh 132 persen. Memasuki tahun 2009, permintaan batu bara bahkan lebih besar, yaitu mencapai 2 miliar dollar AS atau naik 186 persen.
"Panasnya" potensi keuntungan dari komoditas tambang, terutama batu bara, membuat banyak investor berduyun-duyun menginvestasikan dananya di Indonesia. Hal ini bisa kita cermati dari kenaikan angka realisasi investasi pertambangan. Pada tahun 2009, realisasi investasi domestik di bidang pertambangan mencapai Rp 1,79 triliun, meningkat lebih dari 245 persen dari tahun sebelumnya. Sementara realisasi investasi luar negeri naik 67,8 persen menjadi 304,5 juta dollar AS.
Diskusi di atas menunjukkan betapa besarnya pengaruh komoditas tambang terhadap postur ekspor nasional. Ekspor minyak mentah mulai menurun dan posisinya tergantikan oleh barang tambang lain yang lebih besar cadangannya, yaitu gas alam dan batu bara.
Dalam beberapa tahun ke depan, prospek ekspor komoditas tambang tampaknya masih kinclong. Seiring laju pemulihan ekonomi global yang dipercaya makin stabil dan terus berekspansi, permintaan sumber daya ini pun akan semakin meningkat.

"Keuntungan ekonomi yang bernilai sangat tinggi"

Dengan itu kita pasti akan sangat tertarik untuk ikut serta. Namun ada baiknya kita mensurvei juga kerugian yang akan terjadi dari adanya eksplorasi tambang. Mari kita bahas bersama.
Dari pendapatan daerah
Daerah-daerah di Indonesia sebagian besar sumber ekonominya mengandalkan sektor pertambangan, Mulai dari Aceh sampai ke Papua. Namun sangat disayangkan pengelolaan sumber daya alam tersebut diserahkan kepada pihak swasta/asing. Pemerintahan daerah hanya menarik pajak dari apa yang diambil oleh pihak-pihak swasta/asing tersebut. Seharusnya pengelolaan seperti itu sangat baik dikelola oleh pemerintah daerah sendiri. Karena pajak yang diambil dari pertambangan tersebut tidak berarti apa-apa bila dibandingkan dengan yang didapat oleh pihak swasta/asing tersebut. Kalau dihitung secara kuantitatif maka persentasi nilai uang pajak yang ditarik oleh pemerintah sangat kecil sekali, kita bayangkan saja kalau pemerintah mendapat uang pajak dari tambang sebesar Rp. 100 milyar maka pengelola tambang mendapat hasil tambang senilai Rp. 1 triliyun, atau mungkin lebih besar lagi dari perkiraan kita.
Mungkin untuk kejelasannya kita dapat melihat ke daerah yang memiliki lahan tambang. Kita lihat dari indikator perbandingan antara perkembangan infrastruktur daerah dengan keuntungan yang diperoleh tambang tersebut. Apakah daerah tersebut bertambah infrastrukur baru dan canggih setiap tahunnya? Apakah sebaliknya (tambang yang selalu bertambah infrastruktur baru dan canggih)? Dan apakah menurut kita semua itu cukup adil (antara pendapatan sektor asing/swasta dengan pendapatan daerah kita? Apakah dengan keberadaan tambang yang memiliki keuntungan milyaran akan meningkatkan semua warga daerah tambang?









 


Dari kesehatan masyarakat
“Lebih baik mencegah daripada mengobati”. Lahan tambang memiliki karakteristik yang khusus; gersang. Karakteristik ini akibat pengerukan isi bumi yang berupa lapisan-lapisan tanah yang berupa tanah, pasir, dan bebatuan. Ketika musim kemarau dan apabila jarangnya hujan turun maka sudah tentu tambang akan menjadi gersang. Dengan tanah dan pasir yang kering memudahkan debu-debu beterbangan di udara. Inilah yang sering menyebabkan manusia atau hewan yang menghirup udara di sekitar daerah tambang menjadi bersin-bersin dan lama kelamaan akan mempengaruhi kesehatan organ pernapasan. Selain debu ada juga ketersediaan air. Daerah pertambangan yang menggeruk lapisan tanah lama kelamaan akan merusak pola aliran air dalam tanah sehingga daerah tersebut akan kekurangan air. Bahan hasil tambang juga dapat berpengaruh terdapat kualitas air. Bisa jadi hasil tambang mengkontaminasi air yang semula baik lama kelamaan menjadi buruk kualitasnya dan jika diminum oleh kita maka lama kelamaan akan mempengaruhi kesehatan organ pencernaan kita. Dan kita tidak lupa juga terhadap kita yang berada di daerah jalan yang di lalui angkutan distribusi hasil tambang (truk, kereta api, perahu besar). Daerah mereka akibat sering dilalui angkutan menyebabkan banyaknya debu-debu beterbangan dan akibatnya pun sama seperti di atas, lama kelamaan akan sakit. Semua dampak pertambangan terhadapat kesehatan semuanya akan terjadi dalam jangka waktu seperti layaknya sebuah bom. Apakah kita siap untuk menerima dampak kesehatan tersebut? (yang dewasa akan menerima dampaknya saat tua dan yang anak-anak akan menerima dampaknya saat dewasa)
 
Dari Lingkungan
Setiap unsur penyusun alam selalu berkaitan. Jika salah satu unsur tersebut mendapat gangguan maka semua unsur akan mengalami gangguan pula. Tambang merupakan kegiatan mengambil zat yang berasal dari dalam perut bumi. Pengambilan ini dalam jangka waktu lama akan menghabiskan zat tersebut. Dalam pengambilan zat tersebut yang kita sebut disini “hasil tambang” memerlukan pengerukan-pengerukan lapisan tanah atau pengeboran. Kita ketahui daerah tambang juga memerlukan lahan yang luas, oleh karenanya hutan-hutan mulai ditebang. Hutan merupakan bagian alam yang sangat berpengaruh. Air, udara, kesuburan tanah, sumber makanan, tempat hidup hewan, dan daerah tumbuh tumbuh-tumbuhan, semuanya berkaitan dengan hutan. Jika hutan semakin sempit maka dampak yang terjadi akan sangat signifikan. Lingkungan yang rusak ada yang dapat diperbaiki dan ada juga yang tidak dapat diperbaiki. Lingkungan yang tidak dapat diperbaiki maka lingkungan tersebut tidak akan pernah dirasakan oleh penerus generasi setelah kita dan juga lingkungan yang dapat diperbaiki memerlukan waktu lama untuk memperbaikinya sehingga ada generasi yang tidak dapat merasakab lingkungan tersebut juga. Ayo kita pikirkan dam renungkan dampak tersebut. Relevan atau tidak relevankah dampak tersebut dengan yang kita dapatkan? Jika relevan dengan kita maka apakah tetap relevankah yang didapat anak, cucu.., kita nantinya?


"Kerugian terdapat di berbagai aspek namun tidak berpengaruh hanya di aspek ekonomi saja"

Dari pembahasan kita bersama di atas maka dapatkah kita simpulkan bahwa keuntungan yang didapat dari adanya lahan tambang hanya bersifat sementara? Dengan alasan karena lingkungan nantinya pada saat anak dan cucu kita akan menjadi rusak dan mereka yang kita cintai dan sayangi yang akan merasakan kerusakan itu. Jawabannya hanya dari hati nurani kita masing-masing.
Keep your realistic think! *_^

Daftar Rujukan:
Handri Thiono, dimuat di Harian Kompas 31 Mei 2010
Riduan Saidi,  11 Mei 2008


SELAMAT DATANG DAN SELAMAT MEMBACA

simple talk - 03.20

0 komentar:

Posting Komentar